………………Home - Post

Kisah Koas: Manners Maketh Man

Selamat pagi/siang/sore/malam para pembaca sekalian, kembali lagi bersama gue, Aboy. Berhubung dunia perkoasan gue sekarang sudah selesai, gue memiliki waktu yang lebih banyak untuk menuangkan pikiran-pikiran gue ke dalam blog lagi setelah sekian lama gue tidak melanjutkan menulis. Saat ini gue masih menunggu hasil apakah gue lulus/tidak dari ujian akhir koas, dan gue memohon doa dan dukungan dari kalian semua supaya gue lulus. Amin.

Begitu melihat judul dari posting blog gue kali ini, kalian pasti teringat dengan salah satu film  action Hollywood yang cukup terkenal. Yakh, betul sekali, film itu adalah Kingsman. Kalimat ini "Manners Maketh Man" diucapkan oleh salah dua karakter di film ini di mana yang pertama diucapkan oleh Galahad dan yang kedua diucapkan oleh Eggsy. Buat yang pernah nonton, pasti kaliam tidak akan lupa adegan di mana kalimat ini diucapin. Kurang-lebih di dalam adegan itu ada beberapa orang yang mau ngajak ribut si Eggsy di sebuah bar dan kemudian Galahad dengan gayanya yang super cool ngeladenin mereka semua. Sebelum Galahad mulai berantem, dia ngunci pintu bar-nya sambil ngomong "Manners, maketh, man." Dan... Pow.. Bar fight yang sangat tidak seimbang terjadi. Kalimat ini kemudian kembali terucap saat film sudah mau selesai, tapi kali ini diucapkan oleh Eggsy. Kurang lebih latar adegan dan setting-nya sama. Hanya saja kali ini Eggsy lagi mau ngebela ibunya. Sebelum berantem, Eggsy nutup dan ngunci pintu bar yang sama, sambil ngomong "Manners, maketh, man." Lalu terjadi lagi perkelahian yang tidak seimbang.

Buat yang belom pernah menonton ataupun yang mau mengingat adegannya, kalian bisa lihat di bawah ini:





Okey, jadi kenapa gue membahas mengenai hal ini? Pertama-tama kita artikan dulu apa sih itu Manners maketh man, sounds cool and heroic.  Kalau kita Bahasa Indonesia-kan kurang lebih maknanya adalah: kelakuan/sikap/etika baik menjadikan seseorang itu manusia. Setelah melalui beberapa riset, gue berhasil menemukan bahwa istilah ini pada awalnya merupakan motto dari sebuah sekolah asrama khusus pria yang bernama Winchester College di Inggris yang didirkan di tahun 1382. Tapi ada juga yang mengatakan bahwa istilah ini pertama kali dijadikan motto oleh Oxford University di tahun 1379 untuk menanamkan nilai gentleman of conduct. Apapula gentelaman of conduct? Intinya universitas ini mau menanamkan nilai-nilai atau karakter seorang gentleman kepada para mahasiswanya. Nilai-niali itu antara lain perlikau dan karakter yang tenang, tidak meledak-ledak, penuh sopan santun, bertutur kata baik, rasional, objektif, adil, jujr, dan berbelas kasihan. Hal ini dengan harapan supaya masyarakat di Inggris bisa menjadi masyarakat yang tertib sosial serta tidak terjerumus ke dalam ketidakberadaban.

Kalau kita persempit lagi ke istilah yang lebih sederhana dan mudah dipahami, artinya adalah.. sopan.

Yup, sopan santun. Ini adalah masalah yang makin ke sini makin gak karuan. Makin banyak gue melihat anak-anak yang kurang sopan. Tidak hanya melihat, gue sendiripun merasakan rasanya di-tidaksopankan oleh anak-anak generasi bawah, teman sebaya, atau juga bahkan yg lebih dewasa. Di dunia koas ini udah berapa banyak kasus kurang sopan yang gue saksikan dan gue rasakan. Hal ini yang gue rasa menyebabkan para dokter menjadi mudah tersulut emosinya. Gue saja diperlakukan tidak sopan rasanya gak suka. Terus kita malah seringkali menyalahkan dokternya gara-gara kena omel, dokternya galak-lah, dokternya ini-lah. Tapi apakah kita sudah melihat ke diri kita sendiri? Karena mungkin malah kita-lah yang menyebabkan mereka menjadi bersikap seperti itu.. right?

Entah apa yang salah, orangnya, didikannya, atau pergaulannya. Belum lagi kalau udah kebanyakan nonton sinetron di TV atau nonton reality show yang makin ke sini makin kurang mengajarkan sifat-sifat baik. Penurunan akhlak ini makin lama makin menjadi. Bahkan gue tidak jarang mendengar adanya kasus-kasus kurang sopan yang di mana dokternya sendiri yang bercerita ke gue. Saat mendengar cerita-cerita ini kadang gue berpikir, "yah, cuma begitu saja kenapa marah sih dok?" Tapi semakin dipikir, malah dari hal-hal kecil inilah kita harus memulai untuk belajar lebih sopan. Bagaimana kita bisa belajar lebih sopan di hal yang lebih besar kalau hal kecil saja kita tidak bisa?

Salah satu yang paling sering menjadi lokasi ketidaksopanan adalah via chat/sms/sosmed/dan kawan-kawannya. Saat kita memulai mau chat/sms dengan seseorang yang tidak kita kenal, apalagi yang lebih dewasa dari kita, tentu saja kita perlu tahu ada yang namanya etika/norma. Perkenalan diri. Ngasih salam dulu. Nulisnya jangan pake huruf-gede huruf kecil ganti-gantian. Jangan disingkat-singkat. Gunakan bahasa yang sopan. Dan lain sebagainya yang harusnya kita mengerti/pahami. Mengirim pesan tidak secara langsung (sms, chat,dll.) bisa  sangat banyak sekali interpretasinya tergantung dari orang yang membaca. Hal ini yang menyebabkan perlunya kita menulis dengan hati-hati dan penuh pertimbangan. Apalagi kalau menulis buat dokter/senior. Salah satu contoh nyata yang pernah gue dapati adalah adanya seekor oknum yang membalas chat seorang dokter hanya dengan kata "ya." Bisa dibayangkan gimana rasanya jadi dokter itu? Bayangkan seorang dokter yang sampai nge-chat mahasiswanya (ini aja udah luar biasa baik, si dokter sampai mau chat mahasiswanya) tentang lokasi presentasi, waktu presentasi, nyiapin materi presentasinya, dan setelah dokternya nulis chat panjang lebar sampe 6-7 baris, cuman dibalis "ya." Entah ini anak aslinya baik, tapi tidak mengerti cara menulis chat yang sopan, atau memang dia gak menganggap hal ini (yang cukup kecil menurut gue) sesuatu yang penting. Tapi sekali lagi, ada baiknya kita mulai menyadari hal-hal sekecil dan sesederhana itu.

Gue pun belum lama ini merasakan rasanya dikurang-sopankan sama ade kelas. Menurut gue dia sepertinya memang kurang paham urusan beginian. Tapi menurut ini perlu diluruskan supaya orang-orang paham, bahwa hal sesederhana ini bisa menimbulkan rasa gak nyaman. Setelah gue cari tahu pun ternyata sebenernya anak ini katanya sih anak baik. Cuman ya, next time coba untuk lebih memahami batasan-batasannya ya. Karena gak semua orang bisa se-woles itu untuk menanggapinya.

Jadi begini, suatu ketika tiba-tiba gue menerima chat di line gue dari seseorang yang gue tidak tau siapa, bahkan jadi friend juga belum. Terus tanpa perkenalan diri, tanpa basa-basi dia langsung aja ngomong minta ini-itu, nanya ini-itu, dan sebagainya. Gini dek, coba gue contohin yang lebih sopan ya, nih: "Pagi, ko, sori nih, gue (sebut nama), mau nanya boleh gak? Kebetulan gue perlu (ini-itu sebutlah apa). Minta tolong ya ko, thanks." Semudah itu kan? Kalau memang kita sudah pernah kenal, pernah chat sebelumnya, gue tidak akan masalah. Apalagi kalau udah temen deket. Tapi ini kan kita belum kenal yah, ketemu juga mungkin ya liat-liat aja, gue bahkan tidak tau ini anaknya yang mana. Bukankah lebih baik diawali seperti itu chat-nya? Hal kecil, tapi memiliki poin lebih. Karena menurut gue first impression  itu sangat penting. Gue tidak mau memiliki first impression  buruk di mata orang, dan gue juga berharap tidak memiliki first impression buruk terhadap orang lain yang baru gue kenal. Jadi alangkah baiknya kalau dimulai dengan perkenalan yang baik kan?

Adalagi peristiwa lain seorang ade kelas, sama juga belom kenal, ketemu enggak pernah, orangnya yang mana enggak tau, manggil gue langsung pake nama, dan ya ditambah hal-hal lain yang tidak perlu gue sebutkan di sini. Apa daya, gue hanya bisa mengelus dada. Kenapa dada yang dielus? Karena saat itu tidak ada kucing untuk dielus. Entah apa salah gue, apa gue pernah menyakiti dia secara langsung, atau dia gak suka dengan gaya gue yang sederhana dan apa adanya ini, atau dia gak suka wajah gue yang innocent ini. Jujur sakit hati dan mau marah, tapi ya sudahlah, terima dengan lapang dada saja toh? No violent or hatredI! Gue cuma bisa berpesan dan berharap, kalau memang gue ada salah atau apa mohon dimaafkan, dibicarakan baik-baik, dan tolong banget... ditambahkan at least sejumput saja bumbu kesopanan, karena bagaimanapun kita tidak kenal satu sama lain, dan ditambah lagi mohon maaf ni, gue senior. Bukan belagu karena gue senior, tapi gue, bahkan kita pun gak boleh bertindak seperti itu ke orang yang lebih tua. Gue hanya mau membantu meluruskan apa yang sebaiknya dilakukan. Bukan berarti gue pasti benar, karena gue tau gue juga makhluk gak sempurna yang pasti banyak melakukan kesalahan. Maka ada baiknya kita sama-sama belajar kan?

Penurunan sopan-santun jaman sekarang sungguh membuat gue cukup sedih. Melihat video di youtube, instagram, liat kalimat-kalimat di twitter,  dan berbagai sosmed lainnya. Ada anak yang sangat tidak menghargai orangtuanya, disia-sia. Sebaliknya juga ada. Anak kecil sekarang ngomongnya udah yang disensor-sensor. Dan dengan bangganya teman-teman mereka mem-videokan hal itu untuk mencari tenar dan hits di internet. Jari tengah diacungin ke mana-mana, tapi kalau di kelas suruh acungin tangan ga ada yang angkat. Entah solusi apa yang bisa kita lakukan. Mungkin salah satu usaha yang bisa kita lakukan adalah memulai untuk sopan dari diri sendiri.

Di dunia koas-pun kesopanan punya nilai yang besar untuk bisa membuat kita lulus di suatu stase. Di universitas gue,  nilai paling besar adalah sopan santun atau yang kita sebut sebagai GRS (global rating scale kayaknya kalu gak salah) dan nilai ujian tiap akhir stase. GRS ini patokannya banyak, tapi pada dasarnya kalau kita aktif dan sopan, nilainya bisa bagus. Jadi mau kalian udah referat 90, presentasi 90, kalau GRS jeblok, nilai kalian juga jeblok. Lihat betapa aspek sopan itu jauh di atas aspek pintar. Ya, pintar sih emang perlu, tapi akan lebih baik jika disertai dengan karakter yang baik juga kan?

Menurut gue peran yang paling besar adalah tentu saja dari keluarga. Nomer dua baru lingkungan. Nomer tiga adalah diri sendiri. Kalau keluarga udah sopan, lingkungan sudah sopan, terus hasilnya tetep enggak sopan... ada baiknya ditinjau lebih dalam lagi ya di aspek nomer tiga. Para orangtua coba ajarkan dan tanamkan anak-anak nilai-nilai kesopanan dari semula, janganlah terlalu dimanjakan, jangan takut memarahi anak selama itu untuk kebaikan. Marah itu selama sifatnya membangun, baik! Saat anak berlaku tidak sopan, marahin! Ajarkan cara ngomong yang sopan dan baik ke orangtua, ke orang yang lebih tua gimana. Ajarkan cara bersikap yang sopan dan baik. Jangan dilepas begitu saja, karena dunia tidak seindah yang terlihat, walaupun sekarang emang udah makin enggak indah sih. Lihat pergaulannya seperti apa, kalau si anak memang gampang terseret ke pergaulan yang enggak baik, janganlah dikasih ke pergaulan yang enggak baik. Seperti menaruh jerami ke api. Pasti kebakar. Bimbing perlahan, ajarin pelan-pelan, niscaya bakal jadi bibit masa depan yang baik yang punya karakter dan sifat baik. Karena kalau tidak dari kecil dibiasakan, pasti akan susah. Jika dari kecil sudah ditanamkan dasar yang kuat, seseorang pasti ga akan mudah jatuh ke hal yang dia yakini/pahami tidak baik buat dia.

Gue di sini bukan merasa paling benar, gue tau gue juga makhluk yang tidak sempurna seperti kalian semua. Gue juga pernah secara tidak sengaja melakukan hal-hal yang tidak sopan. Tapi sekali lagi di sini, gue sama-sama mau membangun. Sama-sama mau mengajak. Supaya kita bisa hidup bisa lebih bersopan-santun, lebih gentleman, lebih memiliki karakter yang baik supaya terwujud masyarakat yang tenteram dan damai. Kita sama-sama belajar, kita sama-sama berusaha. Menjadi pribadi yang lebih baik lagi, tidak hanya untuk sesama, untuk kita, tapi juga untuk Tuhan pencipta kita.


"Manners. Maketh. Man."

- Galahad (Colin Firth) - 

No comments:

Post a Comment