………………Home - Post

Berbagi Ilmu: Hipertensi (Part 1)

Halo para pembaca sekalian, bertemu lagi dengan gue. Kali ini gue mau berbagi sedikit ilmu tentang penyakit yang sudah merajalela di seluruh dunia yaitu HIPERTENSI. Gue berharap dengan menulis tentang hipertensi, akan semakin banyak orang yang menyadari betapa pentingnya mengetahui dan memerangi hipertensi, dan juga tidak meremehkan penyakit yang satu ini. Jadi, langsung aja kita mulai.

Hal yang pertama kali harus kita ketahui tentu saja adalah definisi. Definisi dari hipertensi sendiri adalah tekanan darah tinggi. Untuk seseorang bisa disebut memiliki darah tinggi, orang itu harus diperiksa dengan sphygmomanometer atau yang kita lebih kenal dengan istilah "tensi meter". Kita tidak bisa mendefenisikan seseorang mengidap hipertensi hanya dengan mengandalkan satu hasil pemeriksaan saja. Jadi ketika seseorang datang dengan hasil tensi anggaplah 150/80 mmHg, orang itu tidak bisa langsung dikatakan memiliki hipertensi. Menurut panduan Hipertensi AHA/ACC 2017, seseorang bisa dikatakan memiliki hipertensi minimal dengan hasil dari 2 pemeriksaan yang berbeda pada 2 kesempatan yang berbeda. Jadi jangan parno dulu dengan hasil tensi yang tinggi, karena banyak faktor yang bisa bikin tensi kita tinggi mendadak di satu waktu tertentu.

Hipertensi sendiri dibagi menjadi beberapa klasifikasi. Sesuai dengan panduan yang di atas tadi, hipertensi kita bagi menjadi 2 klasifikasi yaitu stage 1 dan stage 2.  Tekanan darah juga dibagi menjadi 2 klasifikasi yaitu normal dan meningkat. Berikut ini adalah klasifikasinya.


Untuk mengukur tekanan darah (biasa suka disebutnya sih tensi), kita harus tahu istilah penting di dalam dunia pertensian. Ada 2 suara penting yang harus kita ketahui saat mengukur tensi. Suara pertama adalah Korotkoff I dan yang kedua adalah Korotkoff V. Korotkoff merupakan suara dari aliran darah arteri yang mengalami turbulensi akibat adanya tekanan dari alat tensi. Suara ini tentu saja terdengar dengan menggunakan stetoskop. Korotkoff I adalah saat suara aliran pertama kali muncul, sedangkan Korotkoff V adalah saat suara menghilang. Korotkoff sendiri sebenarnya dibagi menjadi 5 fase, namun yang paling bermakna untuk mengukur tensi adalah fase I dan IV. Korotkoff I dihasilkan pada saat fase sistol dan Korotkoff V pada saat fase diastol. Sistol adalah saat di mana ventrikel jantung berkontraksi, sedangkan diastol adalah saat di mana ventrikel sedeang relaksasi. Nah, di bawah ini adalah fase-fase dari  suara Korotkoff.


Hasil dari tensi sendiri bisa dipengaruhi oleh berbagai hal. Tapi ingat, jangan sampai hasil tensi salah karena ulah kita sendiri. Ada banyak hal-hal kecil yang sering diabaikan dalam mengukur tensi sehingga hasilnya bisa saja jadi tidak akurat. Yang pertama jelas jangan pakai alat tensi yang udah rusak. Berikutnya adalah ukuran manset. Ukuran manset yang tidak sesuai bisa menyebabkan hasil menjadi tidak akurat. Kalau kalian lihat tabel di bawah ini, kalian akan tahu ukuran manset yang tepat sesuai dengan usia pasien atau berdasarkan lingkar lengan. Tabel yang ke-2 adalah acuan dari AHA, jadi sepertinya bisa lebih meyakinkan untuk patokan ukurannya.


Penempatan manset juga harus tepat. Lokasi penempatan manset yang benar adalah pada lengan atas dengan jarak 2-3 cm dari lipat lengan atau istilah medisnya antecubital fossa. Selain itu pastikan posisi kita dalam keadaan duduk tegap, tangan dalam kondisi rileks, dan posisi manset sejajar dengan jantung. Hal ini tentu saja dilakukan kalau kondisi ideal. Sebagai koas, gue tidak bisa selalu memenuhi hal-hal di atas, karena tidak semua pasien bisa dalam keadaan duduk atau bahkan ada yang tidak bisa mengerakkan tangannya. Tapi, jika kondisi memungkinkan, pastikan hal-hal kecil ini bisa dilakukan supaya hasil tensinya semakin akurat. Untuk hasil yang makin akurat lagi ada beberapa hal tambahan yang bisa diperhatikan. Pertama, pastikan kita sudah rileks minimal 5 menit. Kedua, pastikan kita tidak habis mengonsumsi kafein, berolahraga, atau merokok paling tidak 30 menit. Ketiga, pastikan dalam keadaan sudah buang air kecil (gak lagi kebelet). Keempat, saat pemeriksaan tensi jangan berbicara. Kelima, jangan ada baju atau benda apapun di antara manset dengan lengan. Kira-kira gambarannya kayak di bawah ini.


Kemudian saat pengukuran tekanan darah dilakukan, seringkali pemeriksa tidak menentukan batas tekanan sistolik sehingga yang terjadi asal pompa aja sampai 200 mmHg. Padahal untuk menentukan batas sistolik, kita menggunakan perabaan nadi sebagai patokan. Saat manset dikembangkan, perabaan nadi sekaligus dilakukan. Saat nadi tidak teraba lagi, pompa kembali manset hingga 20-30 mmHg. Contohnya, nadi tidak teraba pada posisi 140 mmHg, berarti pompa kembali hingga 160-170 mmHg sebagai batas atas. Gak usah dipompa sampe 200 mmHg, bikin lama, dan gak guna juga. Kemudian menurunkan tekanannya juga tidak boleh terlalu cepat. Kecepatan penurunan tekanan yang paling baik adalah 2 mmHg per detik. Ya dikira-kira ajalah, intinya jangan turun terlalu cepat. Ingat apa gunanya tensi cepat-cepat kalau hasilnya salah? Ngulang lagi kan. Dan jangan juga sampai overdiagnosis atau misdiagnosis karena hal-hal sepele macam ini. 


Setelah kita mengetahui beberapa hal mengenai tensi-menensi, sekarang kita kembali lagi ke hipertensi. Perlu kita ketahui hipertensi pada umumnya adalah penyakit yang dibikin sendiri. Kenapa begtiu? Karena penyebab hipertensi yang paling banyak berasal dari GAYA HIDUP. Ya, gaya hidup jaman sekarang yang semakin serba praktis dan tidak sehat membuat jumlah penderita hipertensi semakin banyak. Gak gaul kalo gak merokok, gak gaul kalo ga minum-minum, diajak temen, dll. Well, itu pilihan kalian sendiri. Faktor resiko hipertensi sendiri sebenarnya dibagi menjadi 2 yaitu faktor yang dapat dimodifikasi dan yang tidak bisa dimodifikasi. Faktor-faktor yang bisa dimodifikasi rata-rata adalah faktor yang berasal dari gaya hidup antara lain adalah obesitas, konsumsi garam berlebih, kurangnya aktifitas fisik, kekurangan kalium, konsumsi alkohol, merokok, tingkat stres yang tinggi, atau akibat penyakit lain seperti diabetes dan gagal ginjal. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi lagi seperti usia, ras, genetik dari keluarga, dan jenis kelamin. Ingat, penyesalan tidak datang di awal, karena kalau datang di awal itu namanya pendaftaran.

OBESITAS

Menurut sebuah studi di Swiss, sekitar 13,6% orang obesitas menderita hipertensi. Seseorang yang mengalami obsesitas juga memiliki resiko 2x lipat lebih besar untuk menderita hipertensi. Oh iya, definisi dari obesitas sendiri itu adalah saat indeks massa tubuh (IMT) atau body mass index (BMI, ini bahasa Inggris-nya) seseorang berada pada angka >30 kg/m2. Cara menghitungnya adalah dengan membagi berat badan (kg) dengan tinggi badan (cm) kuadrat. Kembali ke masalah obesitas, penyebab dari obesitas sendiri bisa dikarenakan oleh genetik dan sekali lagi gaya hidup. Namun penelitian belakangan menyatakan bahwa faktor genetik sendiri tidak akan menyebabakn seseorang menjadi obesitas (jangan ngeluh gendut karena bawaan ya mulai sekarang). Penyebab utamanya tetaplah pola makan yang buruk dan juga kurangnya aktifitas fisik atau olahraga. Selain itu ternyata efek psikologis juga bisa mempengaruhi peningkatan berat badan seperti kurang tidur dan juga stres. Seseorang yang mengalami obesitas juga akan lebih mudah mengalami diabetes dan juga dislipidemia yang merupakan faktor resiko hipertensi juga. Akhirnya jadilah lingkaran setan yang disebut sebagai metabolic syndrome yaitu kondisi di mana terdapat darah tinggi, diabetes, obesitas, dan dislipidemia secara bersamaan. 


KONSUMSI GARAM BERLEBIH & KURANG KALIUM

WHO menyatakan bahwa jumlah garam yang dikonsumsi seharusnya adalah <5 gram per hari. Seperti yang dikatakan orang bijak, semua yang jumlahnya berlebihan itu tidak baik. Garam mengandung natrium dan klorida yang dibutuhkan oleh tubuh, namun jumlah yang terlalu banyak akan menyebabkan ketidakseimbangan metabolisme dalam tubuh. Di Cina dilakukan sebuah penelitian di mana terdapat 6 orang yang selama 3 minggu diamati mengonsumsi garam dengan jumlah berbeda. Hasilnya, orang yang mengonsumsi garam paling sedikit, memiliki nilai tekanan darah paling rendah. Penelitian yang lebih akurat lagi menggunakan penghitungan kadar sodium urin 24 jam juga menghasilkan temuan yang sama. Responden dengan kadar sodium urin terendah, memiliki tekanan darah yang paling baik dibandingkan dengan yang tinggi. Jadi, kurangi garam di setiap masakan yang kalian bikin. Apalagi, jangan gadoin garam.

Untuk kalium sendiri, beberapa penelitian menemukan bahwa penurunan intake kalium dari batas normal (80-90 mEq/hari) menjadi 10-18 mEq/hari menyebabkan adanya peningkatan tekanan darah sistolik 4-5 mmHg. Dari beberapa studi dengan jumlah total responden mencapai 250 ribu jiwa juga menemukan bahwa dengan kadar kalium +/- 42 mmol/hari memiliki resiko mengalami stroke lebih rendah sebanyak 21%. Jika kita konversikan dalam gram, maka total kebutuhan kalium yang kita butuhkan dalam sehari adalah +/- 4700 gram pada orang dewasa rata-rata. Makanan yang paling mudah dicari dengan kandungan kalium tinggi adalah pisang. Pisang berukuran sedang memiliki jumlah kalium sebesar +/- 420 gram. Kalium juga bisa berasal dari makanan lain seperti ikan, buah-buahan, kentang, dan juga susu.

Pada dasarnya mekanisme yang dikendalikan melalui kadar garam dan juga kalium adalah filtrasi ginjal. Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki peran besar dalam mengatur tekanan darah seseorang. Oleh karena itu seseorang yang mengalami gagal ginjal akan memicu terjadinya hipertensi, dan begitu juga sebaliknya.

ROKOK

Rokok adalah penjahat yang paling enak di masa kini. Paling susah adalah membuat orang yang ngerokok jadi tidak merokok. Rata-rata cuma 1 obatnya. PENYESALAN. Baru setelah itu berhenti merokok, padahal udah terlambat. Nah, kita langsung aja melihat fakta merokok. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia mencapai angka 1 milyar jiwa dengan kematian mencapai 7 juta jiwa tiap tahunnya. Sebanyak lebih dari 6 juta orang meninggal akibat dari dampak langsung merokok, sedangkan sekitar 890 ribu jiwa meninggal akibat terpapar asap rokok (perokok pasif). Sekitar 80% dari total keseluruhan perokok tersebut berasal dari penduduk di negara dengan pendapatan rendah serta menengah. Indonesia yang tergolong dalam negara berkembang dengan pendapatan menengah menyumbang angka yang cukup tinggi. Di ASEAN, Indonesia merupakan negara dengan jumlah perokok terbanyak yaitu mewakili 46,16% dari seluruh perokok di ASEAN. Jika dilihat secara lebih luas, Indonesia berdasarkan data WHO merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok terbanyak I bawah Cinda dan India. Jika tren ini terus berlanjut, diperkirakan pada tahun 2030 angka kematian akibat merokok dapat mencapai angka 10 juta jiwa dengan 70% kematian disumbangkan oleh negara berkambang.

Rokok mengandung lebih dari 4 ribu bahan kimia dan setidaknya 250 zat kimia di dalam rokok berbahaya bagi tubuh manusia dan 50 di antaranya bersifat karsinogenik. Efek merokok dari perokok aktif dan pasif diketahui memiliki dampak yang sama. Beberapa bahan kimia yang terdapat dalam rokok mampu memberikan efek yang mengganggu kesehatan, antara lain karbon monoksida, nikotin, tar, dan berbagai logam berat lainnya. Karbon monoksida mampu berikatan dengan hemoglobin sehingga mengurangi asupan oksigen ke dalam jaringan tubuh. Nikotin di dalam rokok memberikan efek kecanduan yang lebih kuat dibandingkan dengan morfin serta, ditambah lagi memberikan efek tenang. Tar merupakan salah satu zat yang bersifat karsinogenik dan sekitar 70% dari tar dapat mengendap di paru-paru. Zat-zat inilah yang menyebabkan munculnya penyakit-penyakit seperti kanker paru, peyakit kardiovaskular, serta penyakit lain baik pada perokok aktif maupun pasif. Dari keseluruh bahan di rokok, yang menyebabkan hipertensi adalah nikotin. Nikotin mampu meningkatkan denyut jantung, mempersempit dan membuat kaku pembuluh darah, serta membuat darah menjadi lebih mudah menggumpal.


ALKOHOL

Alkohol ini ternyata punya plus dan minus, sehingga gak sepenuhnya merupakan penjahat. Beberapa studi menunjukkan bahwa dengan mengonsumsi alkohol pada jumlah tertentu dapat menurunkan dan menjaga tekanan darah. Namun, kembali ke perkataan orang bijak lagi. Pada jumlah tertentu yang berlebihan, alkohol bisa jadi penjahat yang menyebabkan hipertensi. Berbahagialah yang suka minum-minum! Selama minumnya dibatasi, efeknya ternyata menyehatkan. Jadi berapa batasan yang harus diikuti supaya alkohol ini bisa memberikan efek yang baik? Ternyata seorang moderate drinker diketahui memiliki dampak yang baik terhadap tekanan darah. Moderate drinking sendiri definisinya adalah 2 drink dalam sehari untuk laki-laki, sedangkan untuk perempuan 1 drink  dalam sehari. Kenapa "drink" di sini gak gue tulis sebagai "minum"? Ini karena drink itu merupakan suatu istilah di Amerika sebagai penunjuk takaran. Berikut ini adalah definisi dari drink.


Meskipun dikatakan bisa memberikan efek yang baik terhadap tekanan darah. CDC tetap menyatakan bahwa bagi siapapun yang memang dari awal tidak konsumsi alkohol (dan teman-temannya), tidak perlu dengan alasan apapun untuk memulai mengonsumsi alkohol (sekali lagi dan teman-temannya). CDC menyatakan bahwa dampak baik dari alkohol mungkin saja dikarenakan adanya faktor lain seperti genetik atau adanya perbedaan perilaku (misalnya seorang peminum tingkat moderate, tapi pola makannya baik, aktifitas rutin, dll.), sehingga tidak murni dari sekedar konsumsi alkohol. Jadi gimana? Masih mau lanjut minum alkohol?

Untuk mekanisme penyebab hipertensi, jelas alkohol dalam jumlah tinggi mampu menyebabkan hal tersebut. Terbukti dari berbagai studi ilmiah dengan melihat dampaknya terhadap organ hati dan juga terhadap regulasi hormonal di dalam tubuh seperti hormon renin-angiotensin-aldosteron dan kortisol, serta mempengaruhi kerja saraf pusat dan baroreceptor.

Oh ya, sebelum berlanjut lagi, gue mau memberikan beberapa fakta-fakta yang sekiranya bisa membuka mata kita tentang keadaan hipertensi secara global dan nasional. Jadi berikut ini beberapa faktanya. 

Di tahun 2011, WHO menyatakan bahwa sekitar 1 milyar orang menderita hipertensi di dunia. Bayangkan, 1 milyar. Dan 2/3-nya berasal dari negara berkembang, which is salah satunya adalah negara Indonesia. Apakah ini buruk? Next fact, setiap tahunnya angka kematian akibat hipertensi mencapai 8 juta jiwa. Dan 1,5 juta dari 8 juta itu berasal dari Asia Tenggara, which is di dalamnya ada Indonesia juga. Di Asia Tenggara, 1/3 populasinya menderita hipertensi. Fakta berikutnya lagi, dari 25,8% penduduk di Indonesia yang menderita hipertensi, hanya 1/3-nya yang ternyata terdiagnosis. Sekarang kalau keadaannya seperti ini siapa yang mau disalahkan? Ujung-ujungnya terlambat terdiagnosis dan terlanjur mengalami komplikasi. Studi-studi 5 tahun ke belakang menunjukkan pula adanya peningkatan tren hipertensi pada usia dewasa muda yang menandakan adanya perburukan dalam kualitas hidup anak-anak muda jaman sekarang. Oleh karena itu sangat penting untuk kita semua mengerti betapa pentingnya melakukan pemeriksaan rutin untuk mengetahui tekanan darah dan mengendalikannya.

Well, karena posting-an udah terlalu panjang, gue memutuskan untuk melanjutkan pembahasan hipertensi di post  gue yang berikutnya. Apakah menurut kalian informasi di atas berguna? Kalau iya, mungkin gue akan melanjutkan dengan pembahasan hal-hal medis lain yang membuat kita semua semakin menyadari pentingya hidup sehat. So, stay tune!

"It is health that is real wealth and not pieces of gold and silver"

- Mahatma Gandhi -

No comments:

Post a Comment